Minggu, 18 November 2012

Curahan


hai pengunjung setia blogku *acem ada* hari ini aku mau berbagi cerita. judulnya kisah sedih di hari minggu. haha. isinya betul-betul melo, siapkan tisu disamping kalian-kalian yah! karena ceritanya begitu menggetarkan hati, sekian.

Jam 2 lewatan aku udah ke kamar mandi, sap sap sap. kupastiin udah segar dan wangi. lalu lari bergegas ke kamar, ambil baju yang paling bagus dan dengan semangat 54 bercantik-cantik di depan cermin. Poles sikik bedak baby, pake handbody, goreskan sikit mascara, semprotkan parfum banyak-banyak dan taraaaa… (jarang kayak gini)
Seandainya dia tahu, untuk siapa aku begini. Untuk siapa aku menghabiskan waktu bermanis-manis di kaca berpuluh-puluh menit. Sedangkan ke kampus, asal udah wangi bedak dikit udah jadilah itu. Tapi, untuk siapa aku sebegini overall nya. Seandainya dia sadar, aku begini buat dia. Dia yang aku nantikan sosoknya. Menghabiskan waktu yang tak pernah lebih dari jam bersamanya. Untuk bisa bertemu dengan pangeran yang kurindukan setengah mati.
Bergegas kuambil tas, alkitab, hape, dompet, beres dan cabuuut…
Dengan suka ria, menunggu angkot panas-panasan di sore hari. Bersyukur nggak terlalu lama, dan angkot 103 mengantarkan aku tepat di tempat yang mempertemukanku dengan pangeran penjajah hatiku, GBI Menpaz. Menunggu hingga jam menunjukkan pukul setengah empat. Dan aku belum mendapati batang hidungnya. Biasanya dia sudah tiba dijam ini. Tepat di jam ini dan aku tak mungkin salah. Tapi tak berapa lama, seorang pria dewasa datang dengan tegap mengambil posisi di box transparan tempat dia yang kutunggu biasa bermain drumnya.
Betapa kecewanya aku ternyata pria itu bukan dia yang kunanti-nanti sedari tadi. Lalu dia kemana. Hatiku tiba-tiba khawatir. 30 menit menunggu disini seperti seharian dan perasaanku yang semula bagai pagi yang cerah berganti cuaca menjadi mendung. hatiku gelap gulita.. Aku masih terus berharap. Masih ada setengah jam lagi kok, mungkin pria itu akan pergi dan my prince charming akan datang dan mengambil kembali kandangnya yang sedang ditumpangi orang itu. Kuperhatikan detik dan menit yang berlalu di jam tanganku. Tapi aku nggak juga melihat kehadirannya. Ya Tuhan, dimana ya dia?? Sampai jam tepat menunjukkan pukul empat tanda mulainya ibadah. Dan mengharapkan hadirnya lagi adalah kesia-siaan. Hatiku sedih. Seperti ada tsunami di dalamnya. mengguyur bumi hatiku dengan semburan magma kesedihan. Jantungku terobrak-abrik. kan jadi melooo :(  . Sakit, hancur sehancur-hancurnya hancur. pupus harapanku menantimu sekian lama di sini dan yang ada hanyalah kekecewaan.
Ya Tuhan, betapa kesabaranku sangat diuji. Betapa susah mencintainya. Dan betapa beratnya beban hatiku ini. Tuhan, aku kangen sama dia. Teramat sangat. Jika ada kata lain yang bisa mewakili perasaanku saat itu. Aku benar-benar rindu. Tuhan, dia dimana? Aku butuh dia. Aku nggak sanggup menahan kegalauan hari itu, dan hal pertama kulakukan saat tiba di rumah adalah masuk kamar, menguncinya, membuka laptop, memutar lagu galau, dan menangis.
Aku pun bingung ingin meluapkan ini kepada siapa. Aku sendiri. Aku Cuma bisa menyalahkan keadaan. Betapa waktu sangat tidak adil padaku. Aku udah bingung. Karena gak ada yang bisa kusalahkan sebenarnya. Aku cuma bisa meratapi kesedihanku. Aku kangen dia. Tapi, dia ga ada. Aku terkubur dalam sedih yang semakin menjadi karena tahu tidak ada kabar sedikitpun darinya. Bahkan dari situs sosial pribadinya. Aku benar-benar linglung dan tanpa arah. kayak titanic yang oleng nabrak gunung es, terus hancur sejadi-jadinya. kayak kapal tanpa nahkoda, jadinya tanpa tujuan, bingung dan terombang ambing di hempas gelombang, alamat tenggelam ke pedalaman. sakit teramat-amat hidup dengan kata 'tanpamu'. Setelah bergalau agak lama, kuambil posisi berdoa. Ya Tuhan, aku tahu hanya Engkau yang paham bagaimana kondisi hatiku saat ini, derasnya tangisan hatiku dan begitu berkeping-kepingnya bagai butiran bangkai sukoi. Aku benar-benar remuk karena merindukannya. Tapi aku bisa apa? aku gak bisa berbuat apa-apa. Bapa, aku benar-benar membutuhkannya, tapi jika ini memang bukan waktu yang tepat. Aku ikhlas. Aku cuma bisa memohon padaMu saat ini, dimanapun dia berada, apapun yang sedang dilakukan, biarlah malaikat-malaikatMu senantiasa bersama dengannya, menjaganya, melindunginnya dari marah dan bahaya. Dan penyertaanMu selalu meliputinya. Tutup bungkus dia dengan darahmu, agar segala duka dan kecelakaan tidak akan coba-coba menhampirinya. Aku berdoa untuknya, untuk kebahagiaanya. Kalau Bapa mengijinkan, sampaikan padanya Bapa bahwa aku kelewat merindukannya. Amin. Setelah doaku selesai. Aku jauh lebih tenang. Lebih baik dari yang kukira. Aku percaya selama Tuhan masih bersamanya, aku tahu dia akan baik-baik saja. Amin. Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar